Cerpen Romantis: Cinta Pertamaku


Cinta Pertamaku

Hari ini aku berjumpa lagi dengannya, dia adalah laki-laki yang sangat menyebalkan, dan selalu mengejekku disetiap kita jumpa. Pagi ini saat ingin berangkat sekolah dia mengejekku lagi.

“hei manok kruwok’…!!!! Hari ini sepatumu baru yaaa? Lumayan juga, tapi kelihatannya sepatunya tidak cocok denganmu, lihat itu kebesaran… Hahaaaa…” Sorak suara tawa darinya dan teman-temannya menertawakanku.

Dia memang memanggilku dengan sebutan manok kruwok, aku pun tidak tau kenapa dia memanggilku begitu, mungkin dikarenakan dulu waktu aku masih sekolah dasar kira-kira kelas III, aku pernah memotong poniku hingga habis, jadi saat poniku mulai tumbuh, poniku tegak kaku katanya seperti burung kruwok. Burung kruwok itu di desa kami adalah burung yang tidak bisa terbang tinggi, dia biasanya tinggal di tepi sungai yang banyak rumputnya, dan jika kedinginan bulunya akan tegak semua lucu sekali.

Saat mereka asik menertawakannku, aku pergi mengayuh sepedaku dengan sekuat tenaga, namun dia malah meledekku lagi “manok kruwok jangan ngebut-ngebut, awas nanti terbang terbawa angin” dia kembali meledekku dan terus begitu.

Laki-laki yang selalu menghinaku itu namanya lutfy, ya sebetulnya aku sangat malas menyebutkan namanya yang seperti nama wanita itu.

Malam hari ini adalah malam menjelang lebaran idhul adha, jadi selesai sholat magrib aku bergegas menuju masjid, namun ketika akan berangkat tiba-tiba saja sepeda adikku andi rusak, jadi kuberikan sepedaku untuk dikendarainya, dan aku terpaksa jalan kaki, jarak masjid dari rumah sekitar 80 meter.

Saat berjalan hampir 15 meter ada suara motor yang mendekat, aku tidak tahu siapa yang mengendarainnya karena pantulan cahaya dari motor itu sangat tajam, saat motor itu sudah berada di dekatku aku berteriak, “boleh minta bonceng tidak?..” motor itu berhenti di jembatan tepat di depanku.

Seketika aku terkejut saat mendekati motor itu, karena yang mengendarai motor itu adalah lutfy dan sepupunya yang bernama yono, kelihatannya lutfy berbisik-bisik dengan sepupunya itu, aku tidak tahu apa yang dibicarakannya.

“ayo biar aku antar” kata lutfy.
“Tapi mas yono gimana?” Jawabku
“Dia biar di sini dulu nanti aku akan menjemputnya lagi”
Entah kenapa tanpa pikir panjang kakiku ini tiba-tiba melangkah dan naik ke atas motornya. Kemudian dia mulai menjalankan motornya dan mengantarku hingga depan pintu masjid, aku tidak berkata apapun saat di atas motor, dan setelah turun aku hanya bisa mengucapkan terimakasih. Dia membalasnya dengan senyuman.

Ya Allah, kenapa dia tiba-tiba bisa begitu, malam ini dia tidak mengejekku? Dia malah mengantar dan tersenyum dengan begitu manisnya kepadaku. Aku menggelengkan kepala dan bergegas masuk masjid bergabung dengan teman-temanku.

Sekitar pukul 22.30 WIB aku keluar dari masjid, adikku telah pulang bersama teman-temannya, aku terpaksa harus pulang sendiri, baru berjalan di jembatan depan masjid tiba-tiba lutfy datang menghampiriku, “ayo aku antar pulang” katanya.

Karena aku takut jika sendirian maka aku pun ikut bersamanya.
Tiba di depan rumahku aku pun turun,
“sebentar, aku ingin bicara, dia menatap wajahku lama sekali,
Sebenarnya aku suka padamu, begitu kata lutfy.

Dia memang orang yang sangat to the poin, tapi aku masih menatapnya dengan penuh tanda tanya, harus aku jawab apa.

“sungguh, aku mencintaimu, maaf jika aku selama ini selalu mengejekmu, aku hanya bisa menggungkapkan kedekatanku padamu melalui ejekan itu, dengan begitu aku merasa sangat begitu dekat denganmu. Maukah kau menjadi keksihku?”
Aku berdebar-debar jadinya, dan tak bisa mengatakan apa-apa.

Aku melangkahkan kakiku dan ingin meninggalkannya namun dia menarik tanganku. Dia menatapku tajam.

“jika tidak bisa menjawabnya tidak apa-apa, aku akan menunggu jawabannya.” Kata lutfy.
Keesokan harinya saat pulang sekolah dia menungguku lagi, dia mengintip dari dinding-dinding kelasku yang berlubang karena terbuat dari bahan kayu, aku melihat matanya di antara lubang itu sambil tersenyum, teman sebelahku menyenggol pundakku “camellia, lihat itu lutfy menunggumu, sepertinya dia suka padamu”.

Bel pun berbunyi waktunya pulang, aku mengambil sepedaku dan bergegas pulang meninggalkan sekolah tercintaku, yaitu sekolah menengah pertama yang berjarak 1 km dari rumahku, aku terkejut saat lutfy tiba-tiba berada di dekatku, kami mengendarai sepeda beriringan, sesekali dia menatap wajahku, saat tiba di jalan yang sepi tepatnya di jalan antara sawah milik warga, dia tiba-tiba memegang tanganku, kemudian dilepaskannya lagi dengan lembut.
“bagaimana mau kan jadi pacarku?”
Aku cuma bisa menganggukkan kepalaku, dengan wajah yang mungkin sudah merah merona, aku begitu malu, baru ini aku merasakan rasanya jatuh cinta, sungguh bahagia sekali, walaupun dia sering kali menggejekku, namun aku memang benar-benar menggaguminya, wajahnya yang manis membutku sangat menyukainya. Wajahnya terlihat begitu bahagia ketika dia menatapku.

Di tengah perjalanan terlihat sebuah motor berjalan menuju arah kami berdua, alangkah terkejutnya yang mengendarai motor itu adalah bapakku dengan membonceng temannya. Lutfy mengambil posisi di belakangku sambil bersiul-siul santai. Bapakku menatapku dengan melotot, keringatku keluar serasa membasahi baju. Setelah bapakku berlalu kami tertawa berdua dengan malu-malu. Karena lutfy setiap malam selalu bermain di pos ronda bersama bapakku, mereka sangatlah akrab, jadi kami saling pandang-memandang satu sama lain.

“Awas nanti malam jangan bicara macam-macam dengan bapakku ya”… Kataku malu-malu. Kami tertawa dan hanyut dalam kebahagiaan.

Cerpen Karangan By: Kameliana Ulfa
Facebook: Camelia Che Luking Melqueen



sumber: cerpenmu.com

Related Posts: