Cerpen Romantis: Keliru

Keliru

Mata kami saling bertubrukan, rasa panas menjalar di wajahku, kaget karena kepergok menatapnya sedari tadi. Dia terus manatapku, sampai akhirnya kuputuskan untuk mengalihkan pandanganku dan berlari sejauh mungkin. Jantungku berdegup kencang, ‘apa ini? Sensasi apa ini? Mengapa begitu terasa sangat menyenangkan? Dan… aku menyukainya?’ Kuenyahkan fikiranku. Ya, sebenarnya aku suka saat dia bermain di lapangan bola itu. Ya, sebenarnya aku suka saat Ia tertawa. Dan, ya aku sangat suka saat Dia menatapku untuk kesekian kalinya. Apakah aku mulai menyuk- maksudku mencintainya? Tapi, aku ragu dengan perasaanku sendiri, sepertinya ada kekeliruan. bagaimana mungkin bisa aku menyukainya, sedangkan Dia… Sudah memiliki kekasih.

Aku berlari sepanjang koridor kampus, sembari sesekali melihat jam yang melingkar di tangan kiriku. Perasaan cemasku semakin menjadi saat melihat seorang dosen sudah memasuki kelas -lebih tepatnya kelasku.

“Selamat pa-” “maaf, saya terlambat pak!” Ucapan dosen itu terpotong saat aku membuka pintu kelas dengan keras. “Kau… Apa katamu? Maaf? Kau sudah tahu terlambat sepersekian detik saja pada pelajaranku kau akan menerima akibatnya bukan? Kau mau menantangku, heh, nona Serin?” Tanyanya dengan nada mengejek. “Sungguh pak, say-“, BRAK. Semua murid terlonjak kaget karena gebrakan meja di depannya. Aku menutup mulutku rapat-rapat, mataku memanas tapi sebisa mungkin aku menahannya agar tidak menangis. Dia berjalan mendekatiku, aku mundur sampai keluar dari kelas. “Kau tahu berapa kali kau terlambat? Lebih dari 4 kali dan kau tidak mengindahkan perkataanku. Kau membuat moodku buruk di pagi yang cerah ini nona. Kau dilarang masuk ke kelasku sekarang dan kau tunggu aku di perpustakaan pada jam istirahat nanti. Jika kau sampai telat lagi…”, matanya mengancam dan langsung kuanggukan kepala. Dia menyeringai, menutup pintu kelas dan aku terpaku menatap pintu kelas. Harus kemana sekarang? Mungkin diam di UKS sampai pelajaran dosen killer itu selesai.

“Serin!”, aku mendongkakan kepalaku dan melihat sahabatku berdiri di depanku, kemudian dia memeluk tubuhku. “Kau… dasar bodoh. Sebenarnya apa yang kau fikirkan hah? Sudah berapa kali kubilang pasang alarmmu dan jangan sampai lupa atau kau akan mati oh mungkin sebentar lagi kau akan mati” ucapnya. Aku mengeryit tak suka dengan perkataannya, kucubit kedua pipinya yang tembam sampai dia mengaduh kesakitan, “Feby sayang, aku tidak akan mati hanya karena menemui dosen killer itu di perpuastakaan ok? Jangan berlebihan”. Dia mengangguk-ngangguk dan berkata, “cepatlah ke perpustakaan, sebelum kau dipenggalnya”. Aku tersenyum dan segera berlari menuju perpustakaan.

Aku mulai masuk ke perpustakaan, memilih untuk duduk di kursi dekat pintu perpustakaan. Kepalaku menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan dosen itu, ‘tidak adaaaaa!’ Batinku berteriak. Ini sudah lewat 20 menit dari waktu istirahat dan aku sama sekali belum melihat tanda-tanda kemunculannya, namun tiba-tiba, “Waaaaaaaa” kupejamkan mataku erat erat saat ada seseorang yang menepuk pundakku. Kubuka perlahan mataku dan menoleh ke belakang. Netraku melebar, dadaku berdegup kencang, Dia… lagi? ‘Kumohon jangan… jangan sampai aku mencintainya, ingat posisimu gadis bodoh!’ Jeritku dalam hati. “Oh, maaf apa aku mengagetkanmu? Aku fikir kau sedang mencari sesuatu, jadi aku mencoba bertanya tahunya kau berteriak. Haha maaf, ya” Ucapnya dengan nada bersalah. Aku mengerjapkan mataku, “oh, a-ahahaa ah tidak apa-apa, aku hanya kaget kukira ada hantu yang menepuk pundakku tahunya kau, Radit!”, aku menjawab dengan nada gugup. Dia menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal, baru dia akan mengatakan sesuatu, “sayang, sudah selesai? Ayo kita pergi!” Ah.. kekasihnya, Diva. Dia tersenyum kepadaku kemudian menatap Radit. “Untuk yang tadi maaf Serin aku tidak sengaja ya, errr kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa!” Ucapnya sambil melambaikan tangan padaku. Aku tersenyum kecut saat dia keluar sambil menggandeng tangan Diva.

Saat mereka keluar, baru muncul… ‘Fery, dosen menyebalakan itu’ rutuku dalam hati… “Aku fikir kau akan telat lagi!”, “aku tidak mau ambil resiko lebih berat lagi” ujarku sambil memutar bola mataku. Kulihat matanya menyelidik curiga padaku, “apa yang sudah kau lakukan pada laki-laki tadi? Kau menyukainya?” Tanyanya, aku gelagapan sambil memainkan jemariku. “Ti-tidak ada dan aku tidak menyukainya. Awalnya tertarik sih, tapi aku sadar bahwa itu hanya rasa kagum dan-” ups, sialan keceplosan. Kulihat Fery mendekatiku dan menariku ke dalam pelukannya, “Kau itu tunanganku, gadih ceroboh. Ingat itu, kita akan menikah bulan depan dan kau mau bermain api di belakangku?”, “lalu apa-apaan sikapmu pagi tadi, kau mencampakan tunanganmu, memarahinya dan menyuruhnya keluar? Dasar bodoh!” Ucapku kesal lalu tersenyum padanya. “Aku memaafkanmu, kesalahanmu dan salahmu sendiri yang ceroboh bangun selalu siang!” Ucapnya, keadaan hening sejenak, “ngomong-ngomong mau apa kau menyuruhku datang ke perpustakan?”, tanyaku heran. Dia menyeringai, “kau sudah melirik pria lain dan kau akan dapat hukumannya, sayang!”, aku bergidik ngeri. ‘Sial, dasar iblis tampan bodoh’.



Cerpen Karangan: Deba Yasa Zakiah
Facebook: Debayasazakiahdeba




Sumber: Cerpenmu.com

Related Posts: